Senin, 27 Agustus 2012

Pengukuran suhu dan kecerahan Kelas X Api


PENGAMATAN SUHU DAN KECERAHAN MEDIA BUDIDAYA IKAN
TUJUAN PRAKTIKUM
Dari kegiatan praktikum yang dilakukan maka tujuannya adalah untuk mengetahui nilai suhu dan kecerahan pada media budidaya.
HASIL PRAKTIKUM
Data Pengamatan Suhu Pada Kolam budidaya atau saluran irigasi
No 
Hari/tanggal 
Waktu Pengamatan 
Ket 
10.20 
11.45 
12.45 
13.45 
14.45 
1 







Grafik Pengamatan Suhu 

 Data Pengamatan Kecerahan
Samar – samar = 32 cm
Tidak terlihat = 38 cm
Kecerahan 32+38/ 2 = 35 cm
PEMBAHASAN
  1. Pengamatan Suhu
Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1° C, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. (Gusrina, 2008 hal 64)
Menurut Hifni Effendi 2003 hal 57 bahwa suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitide), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman air. Perubahanan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air.
Selanjutnya Gusrina, 2008 hal 69 Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25° C – 32° C.
Dari hasil pengamatan suhu yang dilakukan dimana pengamatan dilakukan dimulai jam 10.45 WIB dan berakhir 14.45 WIB suhu yang diamati semakin meningkat dari waktu ke waktu dengan selang pengamatan pertama ke pengamatan berikutnya selama satu jam. Kemudian jika dilihat pada grafik pengamatan suhu yang dilakukan untuk pengamatan pertama ke pengamatan dua suhu mengalami kenaikan sebanyak setengah derajat celsius. Kemudian dari pengamatan dua ke pengamatan ke tiga nilai suhu meningkat lagi sampai titik puncak kenaikan suhu yaitu pada pengamatan suhu pada pukul 13.45 WIB dengan nilai sebesar 31.00 ° C.
Selanjutnya grafik yang dihasilkan maka akan menuju peningkatan dari nilai suhu rendah sampai tingkat suhu yang paling tinggi. Artinya suhu dari pukul 10.20 WIB (pagi) kemudian semakin siang dan nilai suhu akan semakin meningkat sejalannya waktu. Dari hasil pengamatan kelompok 3 (tiga) kemudian dilakukan diskusi ada beberapa faktor yang mempengaruhi suhu pada suatu perairan yaitu sbb :
1.    Musim
Musim di indonesia ada dua macam yaitu musim panas dan musim dingin (hujan), Pada musim dingin (hujan) suhu pada parairan akan menurun kemudian jika musim yang terjadi adalah musim panas maka suhu akan meningkat dan air menjadi agak sedikit panas. Jika dikaitkan dengan konsumsi makan ikan maka ikan akan banyak makan pada suhu yang tinggi hal ini dapat mengakibatkan peningkatan kecepatan metabolisme ikan sehingga menyebabkan derajat kekosongan lambungnya lebih cepat. Pada saat praktik pengamatan yang dilakukan cuaca sangat mendukung (cerah) sehingga suhu yang diukur relative stabil berkisar 290 C – 310 C
1.    Waktu
Waktu pada satu hari ada pagi hari, tengah hari, sore hari dan malam hari. Pada pagi hari matahari belum muncul maka belum ada penyerapan panas maka suhu akan relative rendah. Selanjutnya pada tengah hari dimana intensitas cahaya matahari sangat panas sehingga meningkat pula suhu pada perairan. Pada sore hari dimulai pukul 16 .00 WIB suhu akan menurun namun tetap optimum untuk kehidupan ikan.

1.    Kedalaman air
Stratifikasi suhu dibagi menjadi tiga berdasarkan kedalaman air yaitu ada lapisan Epilimnion (lapisan atas perairan) dimana pada lapisan atas lapisan yang hangat sehingga suhu lebih tinggi. Kemudian lapisan selanjutnya adalah lapisan Termoklin dimana suhu lebih kecil dibandingkan lapisan atas. Lapisan paling bawah pada perairan disebut lapisan Hipolimnion dimana pada lapisan ini suhu sangat dingin (rendah) dibandingkan dua lapisan diatasnya. Dari lapisan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin dalam perairan maka semakin rendah nilai suhu suatu perairan
Pada saat praktik yang dilakukan kelompok kami hanya mengukur suhu pada permukaan air saja sehingga kami tidak bisa membandingkan suhu permukaan dengan suhu dasar parairan. Namun dari data diperoleh suhu pada permukaan yaitu 290 C pada pagi hari selanjut meningkat. Jika dilihat berarti dari nilai suhu permukaan lebih tinggi kemungkinan kerena daerah permukaan lebih dahulu menyerap panas dari permukaan air.
Jika dilihat dari tabel yang diperoleh dari buku karangan Gusrina, 2008 jilid I hal 70 bahwa suhu 280 C – 300 C maka pemberian paka optimum. Pada saat praktik yang dilakukan kisaran pH berikisar 290 C – 310 C artinya jika suhu pada saat praktik yang dilakukan dikaitkan dengan konsumsi pakan masih dikategorikan pemberian pakan optimum.
  1. Pengukuran Kecerahan
Menurut Hifni Effendi 2003 hal 59 kecerahan adalah ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter.
Data pengukuran kecerahan pada kolam budidaya di Departemen Perikanan Budidaya. Keping disk terlihat samar – samar pada kedalaman 32 cm, kemudian keping disk tidak terlihat pada kedalaman 38 cm untuk mendapatkan hasil optimum kecerahan jadi data keduanya di gabung kemudian dirata – rata maka hasilnya 35 cm.
Dari hasil diskusi kelompok 3 bahwa kecerahan suatu peraiaran dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang menembus kedasar perairan. Dimana sinar matahari yang masuk dapat membantu phytoplankton melakukan asimilasi. Kemudian daya tembus cahaya matahari menentukan kesuburan suatu perairan. Air yang subur dapat diindikasi dengan banyaknya phytoplankton pada perairan tersebut. Jadi dengan mengukur kecerahan diharapkan kita mampu mengetahui sejauh mana kedalaman air yang masih terjadimya proses asimilasi phytoplankton.
Pada saat praktik yang dilakukan di kolam pemeliharaan ikan di Departemen Perikanan Budidaya pengukuran dilakukan pada pukul 12.00 wib dengan hasil pengukuran 35 cm artinya pada kedalaman 35 cm cahaya matahari masih bias menembus dan pada kedalam itu pula bahwa phytoplankton melakukan asimilassi    
KESIMPULAN
Dari hasil praktik pengamatan suhu dan kecerahan pada media budidaya ikan di Departemen Perikanan budidaya ada beberapa kesimpulan :
  1. Hasil pengamatan suhu untuk pukul 10.20 wib = 29.000 C, 11.45 wib =30.000 C, 12.45
    wib = 30. 250 C, 13.45 wib = 31.00 0 C dan pukul 14.450 C = 31.00 0 C
  2. Fluktuasi suhu pada bak pemeliharaan lele di Depareteman Perikanan Budidaya jika digunakan pemeliharaan untuk larva masih optimum dan masih baik digunakan sebagai media budidaya,
  3. Hasil diskusi bahwa suhu pada perairan dipengaruhi oleh tiga factor yaitu :
    1. Musim
    2. Waktu
    3. Kedalaman air
  4. Hasil pengukuran kecerahan, kecerahan pada kolam pemeliharan ikan di Departemen Perikana Budidaya sebesar 35 cm.
  5. Pengkuran kecerahan dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang masuk pada kolom perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kenesius, Yogyakarta.

Identifikasi daphnia


Identifikasi daphnia.sp
BAB I
PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang
Pakan ikan diklasipikasikan menjadi 2 macam yaitu : pakan alami dan pakan buatan. Secara kualitas organisme pakan alami belum bisa diganti sepenuhnya dengan pakan buatan untuk ikan stadia larva, hal ini disebabkan pakan alami lebih mudah dicerna oleh larva juga bentuk dan ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Daphnia dapat bergerak- gerak sehingga menarik perhatian larva ikan untuk memekannya. Daphnia juga lebih suka berada di permukaan air serta mudah dalam penyediaannya. Bagi para peternak ikan pemberian pakan ikan sulit sekali di simpan ( karna tidak tahan lama ) sedangkan stadia larva bagi ikan merupakan masa paling kritis dalam siklus hidupnya, tingginya mortalitas pada stadia lava ikan disebabkan beberapa faktor :
  • Serangan penyakit/ mikroorganisme patogen yang mengganggu,
  • Kualitas air yang kurang baik,
  • Serta ketersediaan pakan alami yang kurang mencukupi ( baik gizi maupun jumlahnya).
Upaya untuk mengatasi atau menekan mortalitas larva ikan adalah : dengan menyediakan pakan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya ( jenis, ukuran, dan kemurnian ).
Daphnia sp adalah : jenis pakan alami yang sering digunakan untuk pemenuhan pakan ikan air tawar pada usia larva dan industri ikan hias. Hewan ini termasuk pada sub ordo clodocera, yaitu : jenis crustacea yang berukuran kecil, sebutan lain daphnia adalah kutu air.
Keunggulan dahnia sp sebagi pakan alami untuk benih dan ikan hias air tawar potensial adalah :
  1. Mudah di cerna oleh benih ikan sebab mengandung enzim pencernaan yang berfungsi untuk menghancurkan diri-sendiri.
  2. Pemberian daphnia sp, yang hidup tidak menyabakan penurunan kualitas air
  3. Kandungan asam amino esensial pada daphnia sp, hampir mirip dengan artemia sehingga nilai nutrisinya tinggi.
    1. Tujuan
    • Mahasiswa mampu mengidentifikasi daphnia pada mikroskop.
    • Mahasiswa mampu menyediakan wadah dan media yang akan digunakan untuk identifikasi daphnia sp.
    • Dapat menunjukan bagian-bagian luar dari daphnia dengan benar.
    • Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan.
    • Meningkatakan wawasan dari aspek-aspek yang potensial dalam dunia perkuliahan sebagai dasar pengaplikasian dalam kerja.
    • Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap professional dalam berorganisasi, disiplin, praktek dan lain-lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada usaha pembenihan dan pendederan ikan pakan alami masih mendominasi kebutuhan pakan ikan. Tanpa pakan alami ikan yang dibudidayakan akan mati karena pada usia tersebut larva ikan belum memiliki saluran pencernaan yang lengkap, bukaan mulut yang masih sangat kecil, gerakannya lambat, dan membutuhkan zat gizi yang sangat lengkap. Hal tersebut semua terdapat didalam pakan alami.
Pakan alami yang dapat diberikan pada ikan sangat banyak jenisnya, didalam modul ini akan dipelajari tentang pakan alami Daphnia. Daphnia merupakan salah satu jenis pakan alami yang berasal dari perairan tawar yang dapat dimakan oleh ikan hias dan larva ikan konsumsi lainnya. Daphnia sangat mudah dibudidayakan agar ketersediannya secara kontinu dapat dilakukan. Dengan mempelajari modul sisdiklat ini diharapkan dapat melakukan budidaya daphnia secara massal agar ketersediaan pakan alami selalu ada.
Daphnia merupakan pakan alami yang berukuran kecil yaitu 0,2 -0,3 mm. Dengan ukurannya yang kecil akan sangat mudah bagi larva ikan untuk memangsanya, selain itu gerakan daphnia sangat lambat sehingga mudah ditangkap oleh larva ikan yang belum aktif berenang.
2.1 Biologi dan Reproduksi
Daphnia sp adalah : udang – udangan renik yang hidup di air tawar khususnya kolam atau danau, serta dapat hidup di daerah tropis dan subtropis. Kehidupan daphnia sp di pengaruhi oleh beberapa faktor ekologi perairan yaitu : PH = 6,6 – 7,4 C, dan SUHU = 22 -31 C.
Oxygen terlarut lebih dari 2 ppm, dan dapat juga hidup jika kandungan oxygen yang berpariasi: hampir 0 sampai lawat jenuh. Daphnia dapat juga hidup jika perairannya miskin oxygen disebabkan kemampuan mensintesis hemoglobin. Naiknya oxygen juga disebakan oleh naiknya suhu atau tingginya padat populasi kadar DO yang baik untuk daphnia sp adalah 4,20 – 5,10 ppm.
Daphnia sp sebagai hewan air juga dikenal dengan kutu air (water please). Adapun klasifikasi daphnia sp, adalah sebagai berikut :
philum : Artropoda
kelas : crustacea
subkelas : branchiopoda
divisi : oligobrarchiopoda
ordo : cldocera
famili : daphnidae
genus : Daphnia
spesies : Daphnia sp.

2.2 Ciri – Ciri
Bentuk tubuh dari daphnia sp. Yaitu panjang, segmen badan tidak kelihatan pada bagian ventral kepala terdapat paruh, dan pada bagian dorsal bersatu. Kepala terdapat lima pasang opendik yaitu : antena pertama dan antena kedua yang berfungsi sebagai alat gerak, tiga pasang terakhir adalah bagian dari mulut. Tubuh ditutupi cangkang dari kutikula yang mengandug khitin yagn trasparan. Pada ujung post abdomen terdapat dua kuku yang berduri kecil.
Perkembangan daphnia sp. Yaitu secara asseksual / parthenogenesin dan secara seksual / kawin.
  1. Parthenogenesis
Menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga menetas. Anak daphnia dikeluarkan pada waktu molting. Kondisi yang baik tidak hanya dapat menghasilkan individu betina tetapi jantan juga. Bila kondisi buruk individu betina menghasilkan 1-2 buah telur istirahat atau ephipium, populasi jantan pada kondisi ini memiliki perbandingan 1 : 27.
  1. Seksual
Karna adanya individu jantan populasi yang berproduksi akan membentuk efipia atau ” egg resting” atau sistem yang akan menetas jika kondisi perairan baik.
Kebiasaan makan daphnia dengan cara membuat aliran pada media yaitu : menggerak-gerakan alat tambahan yang ada di mulut. Gerakan ini dapat menimbulkan arus air yang membawa makanan, makanan yang sampai di mulut akan di telan bulat-bulat tanpa di pilih. Makanan daphnia berupa : bakteri, phytoplankton dan dentritus (sisa-sisa bahan organik yang akan menghancur).
Pembibitan
Untuk mendapatkan bibit, dapat memintanya pada peternak kutu air. Misal : panti pembenihan udang galah, atau balai budidaya air tawar, waduk, danau, telaga, rawa, dan lain-lain. Untuk mengamati ada tidaknya kutu air seperti daphnia, kita dapat menggunakan lempengan putih yang kita benamkan dalam air, sehingga daphnia akan terlihat seperti kumpulan awan yang bergerak. Pengamatan lebih mudah bila dilakukan pada pagi hari yang cerah.
Budidaya Masal
    • Wadah dan media
Wadah yang digunakan : bak semen, bak plastik, bak kayu, bak”fiberglass” denganukuran 1 ton (1 m3). Media yang digunakan: kotoran ayam kering yang dilarutkan kedalam 90 L/10 kg. Larutan tersebut kita rendam 5-10 hari.
Pemupukan satu terdiri dari larutan kotoran ayam 1000 ml / ton dan bubuk bungkit kelapa 200 g / ton. Kedua pupuk di campur kedalam kantong gamdum lalu diikat dan diperas berulangkali sampai cairanya tuntas dan masuk kedalam bak pemeliharaan.
Untuk bak kita isi air tawar 60 cm, beri airasi per 2,5 m2 dengan suhu 27 oC – 30 oC. Selama pemelihaaraan kita dapat melakukan pemupukan susulan 1-2 kali dengan jumlah ¼ – ½ dari pemupukan awal.
    • Pemasukan Bibit
Pemasukan dilakukan selang 18 – 24 jam sesudah pemupukan awal yang berpungsi agar bibit tidak banyak yang mati. Padat penebaran 30 ekor / Liter. Bila kurang akan mengalami perkembangan yang kurang pesat, bila lebih maka terjadi pemborosan.
Gambar daphnia.sp yang sudah bisa digunakan untuk bibit, supaya menghasilkan anakan yang baik.
Sebiknya bibit dafhnia tidak berasal dari bak pemelihaaraan yang kepadatnya rendah atau sedang menurun. Serta jangan berwarna pucat dan sedang bertelur.
  • Pemeliharaan Dan Perawatan
Kita adakan pengamatan yang teratur yaitu: mula – mula air di aduk, laluambil sebanyak tiga kali pencidukan dengan gelas piala kecil. Unuk penghitungan, tuangkan kedalm petridis dan hit, dan pipet. Nilai rata-rata dapat kita gunakan untuk mencari kepadatan rata-ratanya per mili meter.
Kosentrasi makanan dalam air media perlu kita amati dengan jalan melihat warnanya, warna yang baik adalah coklat kepucat-pucatan. Bila dafhnia menggerombol dipermukaan berarti mutu air medianya menurun. Dafhnia yang mencapai 3000 – 5000 ekor / liter mempunyai pemeliharaan yang baik dalamwaktu 7 -10 hari. Jika lwbih dari 10 hari dan jumlahnya 3000 ekor / liter sebaiknya kita panen.
BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum mata kuliah Reproduksi Biota Air tentang ” Identifikasi Daphnia. Sp ” adalah sebagai berikut :
Waktu : Kamis, 13 Maret 2008.
` Jam : 10.00 – 11.00 WIB.
Tempat : Laboratorium Departemen Budidaya Perairan VEDCA.

3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1. Alat :
·         Seser halus
·         Gelas Ukur
·         Mikroskop
·         Monitor
·         Cover glass
·         Preparat
·         Spuite
·         Pipet sample

      1. Bahan :
·         Daphnia sp.
·         Tissue
·         Air media
    1. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang telah dilakukan dalam praktikum, adalah sebagai berikut :
  • Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
  • Tangkap Daphnia sp. Pada kolam pemeliharaan dengan menggunakan seser halus secara pelan-pelan dan hati-hati.
  • Ambil sample dengan mengguanakan pipet kemudian diteteskan pada preparat yang telah disiapkan sebelumnya kemudian diamati.
  • Catat dan gambar hasilnya lalu buat laporan hasil praktikkum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanankan, dalam pemantauan Daphnia.sp di bawah mikroskop, maka di proleh hasil berupa gambar-gambar, adalah sebagai berukut :








Gambar induk betina secara fisiologis





Induk daphnia yang sedang mengandung telur dan telur yang di kandungnya madih berada dalam selaput epidermis.

Gambar induk daphnia yang sedang mengandung telur yang banyak.
Gambar seekor anakan daphnia yang beberapa saat setelah dilahirkan dari induk daphnia.

Gambar daphnia yang sudah menginjak stadia remaja.
4.2 Pembahasan
Dalam melakukan praktikum, sering sekali ditemukan bentuk morfologi daphnia yang di bagian perutnya masih banyak mengandung anakan daphnia. Daphnia dapat hidup dalam air yang kandungan DO dalam perairan yang berfariasi dari nol sampai jenuh. Perairan yang mungkin miskin oksigen dapat juga sebagai tempat hidup daphnia dikarenakan adanya kemampuan mensintesis hemoglobin, yang terjadi bila tempratur naik. Pakan daphnia berupa: pythoplankton, ragi, alga bersel satu, dan detritus.
Daphnia hidup pada selang suhu 18-24°C   Selang  suhu ini merupakan selang  suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan  Daphnia.  Diluar selang tersebut,  Daphnia akan cenderung dorman.   Daphnia membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6.7 sampai 9.2.  Seperti halnya mahluk akuatik lainnya pH  tinggi dan kandungan amonia tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia, oleh karena itu  tingkat amonia perlu dijaga dengan baik dalam suatu sistem budidaya mereka.  Seluruh spesies Daphnia diketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam, seperti Mn, Zn, dan CU,  dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan pemutih, dan deterjen.
Daphnia mengambil makanan dengan cara menyaring ” filter feeding ”, dengan melalui gerakan kaki yang menghasilkan arus air dan memudahkan dalam pengambilan makanan.
Kaki ke-satu dan ke-dua untuk menimbulkan arus air sehingga partikell tersuspensi bergerak kearah mulut. Partikel yang tertahan akan terserang oleh stae, lalu digerakan kemulut dan ditelan oleh daphnia sp. Dalam kondisi pakan yang normal, penyaringan, pemasukan makanan kesaluran pencernaan terjadii teris tanpa irama yang pasti.
Penyaringan dan pemasukan partikel tersuspensi merupakan peristawa mekanik yang terjadi tanpa seleksi aktif untuk makanan yang paling baik. Oleh karna itu, pemupukan susulan itu penting hal ini bertujuan supaya pakan daphnia dapat tumbuh dengan baik. Bila perairan terjadi bloming phytoplankton maka kadar amoniak tinggi, DO rendah dan dapat mengakibatkan kematian.
Daphnia merupakan hawan yang sensitif terhadap kontaminasi bahan kimia sehingga wadah yang di gunakan harus disterilisasikan. Faktor lingkungan seperti sinar matahari sangat menunjang keberhasilan budidaya karna ekologi cahaya berfungsi sebagai proses fotosintesa yang dapat merangsang fhytoplankton tumbuh dan berkembang cepat.
Pemupukan bertujuan : meningkatkan zat hara dalam perairan, sehingga menumbuhkan fhytoplankton dan organisme lain. Sehingga dalam budidaya daphnia kiranya perlu melakukan pemupukan susulan. Didalam pemupukan hal yang perlu diperhatikan : dosis pupuk yang dibutuhkan karna bila terjadi kelebihan pupuk mengakibatkan bloming fhytoplankton.
Siklus hidup daphnia mempunyai 4 priode yaitu :

Gambar siklus hidup dapnia.sp.
  1. Telur
Telur yang dihasilkan di tampung di dalam kantong telur yang berada di atas punggung.
  1. Anak
Pertambahan ukuran terjadi sesaat telur menetas dalam ruang pengeraman. Setelah dua kali instar pertama anak daphnia mirip daphnia dewasa dilepas diruang pengeraman. Jumlah instar hanya 2-5 kali, tetapi tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada stadium anak.
  1. Remaja
Instar tunggal antara instar anak terakhir dan instar dewasa pertama. Pada periode ini telur pertama mencapai perkembangan penuh didalam ovarium. Setelah daphnia ganti kulit pada akhir instar remaja menjadi instar dewasa pertama.
  1. Dewasa
Priode waktu 4 hari, dengan umur yang dapat di capai 12 hari, setiap 1-2 hari beranak sebanyak 29 ekor. Jadi selama hidup cuma bisa beranak 7 kali, jumlah keturunan yang dihasilkan 200 ekor daphnia sp.
Pada akhir instar daphnia sp. Dewasa terdapat peristiwa berurutan yang berlangsung cepat biasanya terjadi dalam beberapa menit – jam, yaitu:
1.      Lepasnya / keluarnaya anak dari ruang pengeraman
2.      Ganti kulit ( molting )
3.      Pertambahan ukuran
4.      Lepasnya sekelompok telur baru keruang pengeraman.
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
  • Pakan alami seperti daphnia, ralatif lebih murah dibandingkan pakan buatan.
  • Daphnia merupakan pakan alami yang sangat mudah di budidayakan.
  • Daphnia akan mengalami pertumbuhan baik bila diamati secara taratur agar tidak adanya pemangsa yang hidup di wadah budidaya.
  • Keberhasilan dalam budidaya daphnia ditentukan juga oleh keuletan dan ketelitian dalam budidaya tersebut.
5.2 Saran
    • Harus punya ketelitian dan kesabaran dalam idntifikasi Daphnia sp.
    • Alat dan bahan harus banar-banar disediakan.
    • Harus diamati dengan benar dan sesering mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Balai budidaya laut lampung, Budidaya Fitoplankton Dan Zooplankton (Lampung proyek pengembangan perkayaan teknologi, 2002).
Anonimous, Pedoman Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang, (Jakarta, badan penelitian dan pengembangan pertanian, 1990).
Hartati, Sri. B. Jakarta, direktorat jenderal perikanan dan International development research centre, 1986).
Djarijah, A.S. Ir. pakan ikan alam, (Yogyakarta, kanasius 1995).
Budi yanto : K 4207031