Jumat, 11 Mei 2012

Materi Pembelejaran Kelas X API

PEMBENIHAN LELE SANGKURIANG
I. PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah
dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau
Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan : 1) dapat dibudidayakan di
lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi
budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah
dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah
masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele
dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih
banyak dan lebih tahan penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya
yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele
dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan
sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang
berkualitas rendah.
Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang
gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap
penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversation Rate). Sebagai upaya perbaikan
mutu ikan lele dumbo, Balai Pengembangan Benih Air Tawar (BPBAT) Sukabumi
telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan lele dumbo strain
baru yang diberi nama lele ”Sangkuriang”.
Perekayasaan ini meliputi produksi induk melalui silang-balik (tahun
2000), uji keturunan benih dari induk hasil silang-balik (tahun 2001), dan aplikasi
produksi induk silang-balik (tahun 2002-2004). Hasil perekayansaan ini (lele
sangkuriang) memiliki karakteristik reproduksi dan pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan dengan lele dumbo yang saat ini beredar di masyarakat.
Budidaya lele sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun
2004, setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor
Kepmen KP 26/Men/2004. Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda
dengan lele dumbo, mulai dari pembenihan sampai pembesaran.
II. TEKNIK PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG
2.1. Pematangan Gonad
Pematangan gonad lele sangkuriang dilakukan di kolam tanah. Caranya,
siapkan kolam ukuran 50 m2, keringkan selama 2-4 hari dan perbaiki seluruh
bagian kolam, isi air setinggi 50-70 cm dan alirkan secara kontinyu, masukkan
300 ekor induk ukuran 0,7-1,0 kg, beri pakan tambahan berupa pellet khusus lele
dumbo sebanyak 3% setiap hari.
Catatan: induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
2.2. Pematangan di bak
Pematangan gonad juga bisa dilakukan di bak. Caranya, siapkan
baktembok ukuran panjang 8m, lebar 4m dan tinggi 1m; keringkan selama 2-4
hari, isi air setinggi 80-100 cm dan alirkan secara kontinyu, masukkan 100 ekor
induk, beri pakan tambahan (pellet) sebanyak 3 persen/hari.
Catatan: induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
2.3.Seleksi
Seleksi induk lele sangkuriang dilakukan dengan melihat tanda-tanda
pada tubuh.
Tanda induk betina yang matang gonad :
- perut gendut dan tubuh agak kusam
- gerakan lamban dan punya dua lubang kelamin
- satu lubang telur satu lubang kencing
- alat kelamin kemerahan dan agak membengkak
Tanda induk jantan yang matang gonad :
- gerakan lincah, tubuh memerah dan bercahaya
- punya satu lubang kelamin yang memanjang, kemerahan, agak
membengkak dan berbintik putih.
2.4. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva
Pemijahan ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning)
dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan
dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad
kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian
kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina
dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami.
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan
penyuntikkan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
A. Pemijahan Alami
- Siapkan bak berukuran panjang 2m, lebr 1m, dan tinggi 0,4 m
- Keringkan selama 2-4 hari
- Isi air setinggi 30 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan
- Pasang hapa halus seusai ukuran bak
- Masukkan ijuk secukupnya
- Masukkan 1 ekor induk betina yang sudah matang gonad pada siang atau
sore hari
- Masukkan pula 1 ekor induk jantan
- Biarkan memijah
- Esok harinya tangkap kedua induk dan biarkan telur menetas di tempat itu.
Hasil pemijahan alami lele sangkuriang biasanya kurang memuaskan.
Jumlah telur yang keluar tidak banyak.
B. Pemijahan Semi Alami
- Perbandingan induk jantan dan betina 1:1 baik jumlah maupun berat
- Penyuntikkan langkahnya sama dengan pemijahan buatan
- Pemijahan langkahnya sama dengan pemijahan alami
C. Pemijahan Buatan
Pemijahan buatan memerlukan keahlian khusus. Dua langkah kerja yang
harus dilakukan dalam sistem ini adalah penyuntikkan, pengambilan sperma dan
pengeluaran telur.
1. Penyuntikkan dengan ovaprim
Penyuntikkan adalah kegiatan memasukkan hormon perangsang ke tubuh
induk betina. Hormon perangsang yang digunakan adalah ovaprim.
Caranya, siapkan induk betina yang sudah matang gonad; sedot 0,3 mil
ovaprim untuk setiap kilogram induk; suntikkan ke dalam tubuh induk
tersebut; masukkan induk yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan
biarkan selama 10 jam.
2. Penyuntikkan dengan hypofisa
Penyuntikkan bisa juga dengan ekstrak kelenjar hypofisa ikan mas atau
lele dumbo. Caranya siapkan induk betina yang sudah matang gonad ;
siapkan 1,5 kg ikan mas ukuran 0,5 kg; potong ikan mas tersebut secara
vertikal tepat di belakang tutup insang; potong bagian kepala secara
horizontal tepat dibawah mata; buang bagian otak; ambil kelenjar hypofisa;
masukkan ke dalam gelas penggerus dan hancurkan; masukkan 1 cc
aquabides dan aduk hingga rata; sedot larutan hypofisa itu; suntikkan ke
dalam tubuh induk betina; masukkan induk yang sudah disuntik ke bak lain
dan biarkan selama 10 jam.
3. Pengambilan Sperma
Setengah jam sebelum pengeluaran tleur; sperma harus disiapkan.
Caranya:
1. Tangkap induk jantan yang sudah matang kelamin
2. Potong secara vertikal tepat di belakang tutup insang
3. Keluarkan darahnya
4. Gunting kulit perutnya mulai dari anus hingga belakang insang
5. Buang organ lain di dalam perut
6. Ambil kantung sperma
7. Bersihkan kantung sperma dengan tisu hingga kering
8. Hancurkan kantung sperma dangan cara menggunting bagian yang
paling banyak
9. Peras spermanya agar keluar dan masukkan ke dalam cangkir yang telah
diisi 50 ml (setengah gelas) aquabides
10. Aduk hingga homogen.
2.5. Pengeluaran Telur
Pengeluaran telur dilakukan setelah 10 jam dari peyuntikkan, namun
9 jam sebelumnya diadakan pengecekkan.
Cara pengeluaran telur:
1. Siapkan 3 buah baskom plastik, 1 botol Natrium Chlorida (infus), sebuah
bulu ayam, kain lap dan tisu
2. Tangkap induk dengan sekup net
3. Keringkan tubuh induk dengan lap
4. Bungkus induk dengan lap dan biarkan lubang telur terbuka
5. Pegang bagian kepala oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh
yang lainnya
6. Pijit bagian perut ke arah lubang telur
7. Tampung telur dalam baskom plastic
8. Campurkan larutan sperma ke dalam telur
9. Aduk hingga rata dengan bulu ayam
10. Tambahkan Natrium Chlorida dan aduk hingga rata
11. Buang cairan itu agar telur-telur bersih dari darah
12. Telus siap ditetaskan.
2.6. Penetasan
Penetasan lele sangkuriang dimasukkan ke dalam bak tembok.
Caranya :
1. Siapkan sebuah bak tembok ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi
0,4 m
2. Keringkan selama 2-4 hari
3. Isi bak tersebut dengan air setinggi 30 cm dan biarkan air mengalir
selama penetasan
4. Pasang hapa halus yang ukurannya sama dengan bak
5. Beri pemberat agar hapa tenggelam (misalnya kawat behel yang diberi
selang atau apa saja
6. Tebarkan telur hingga merata ke seluruh permukaan hapa
7. Biarkan telur menetas dalam 2-3 hari.
Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk
menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor akibat
pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan oksigen terlarut dapat pula
diupayakan dengan pemberian aerasi.
Telur lele sangkuriang menetas 30-36 jam setelah pembuahan pada suhu
22-25 0C. Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa
kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva
sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack
akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva
dilakukan dalam hapa penetasan. Pakan dapat mulai diberikan setelah larva
berumur 4-5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam.
III. MANAJEMEN KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
Kegiatan budidaya lele sangkuriang di tingkat pembenih/pembudidaya
sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan.
Pada kegiatan pembenihan, penyakit banyak ditimbulkan oleh adanya serangan
organisme pathogen sedangkan pada kegiatan pembesaran, penyakit biasanya
terjadi akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan.
Kegagalan pada kegiatan pembenihan ikan lele dapat diakibatkan oleh
serangan organisme predator (hama) ataupun organisme pathogen (penyakit).
Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain insekta, ular, atau
belut. Serangan lebih banyak terjadi bila pendederan benih dilakukan di kolam
tanah dengan menggunakan pupuk kandang. Sedangkan organisme pathogen
yang lebih sering menyerang adalah Ichthiopthirius sp, Trichodina sp,
Dacttylogyrus sp, dan Aeromonas hydrophyla.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian
insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih
ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan
pembersihan pematang kolam dan pemasangan kolam di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan
manajemen lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur
dan mencukupi. Bila serangan sudah terjadi,benih harus dipanen untuk diobati.
Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Manajemen lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan
kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam dan
tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan
pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya
plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan
bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disinfeksi
(bila diperlukan), pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya
plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula
dilakukan dengan penambahan probiotik.

LEMBAR KERJA PRAKTEK BUDIDAYA CHLORELLA

LEMBAR KERJA PRAKTEK
Nama        :
Nis            :
Kelompok :
Kelas         :
Kompetensi : Membudidayakan Pakan Alami
Sub kompetensi : Budidaya Makanan Alami Air Tawar
Modul :
BUDIDAYA Chlorella
A. Deskripsi
Chlorella merupakan salah satu jenis fitoplankton yang banyak digunakan untuk
berbagai keperluan, salah satunya digunakan sebagai makanan rotifera atau sebagai
media budidaya larva ikan. Budidaya Chlorella terdiri dari serangkaian kegiatan yang
antara lain meliputi persiapan wadah dan air yang meliputi pencucian dan sanitasi
wadah. Selanjutnya diikuti oleh kegiatan identifikasi, pemupukan dan inokulasi Chlorella
di laboratorium
B. Tujuan
· Untuk mengetahui Wadah dan media budidaya Chlorella
· Untuk mengetahui morfologi Chlorella
· Untuk menentukan Jumlah Chlorella yang diinokulasi
· Untuk mengetahui cara Inokulasi Chlorella dilakukan sesuai dengan prosedur
· Untuk mengetahui jenis dan dosis Pemupukan
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- Ember volume 7 liter
- Gelas ukur
- Pengaduk
- Mikroskop
- Rak kulture
- Pipet
- Timbangan analitik
2. Bahan
- bibit chlorella
- Pupuk (NaNO3, FeCl3, NaH2PO4, EDTA, KNO3)
- Air Tawar
D Prosedur Kerja
1. Mula-mula siapkan pupuk yang akan digunakan
2. Selanjutnya timbang pupuk sesuai dengan kebutuhan
3. setelah itu larutkan pupuk dalam media steril
4. Selanjutnya siapkan media kultur
5. isi ember dengan air tawar sebanyak 5 liter
6. setelah itu masukkan larutan pupuk dengan dosis seperti dalam Tabel 1.
7. Siapkan bibit chlorella yang diambil dari kolam dan disaring
8. Masukkan bibit clorella sebanyak 0,5 liter kedalam ember
9. Tempatkan wadah kultur dekat sumber cahaya
10. Beri aerasi
Tabel 1. Dosis pupuk yang digunakan pada setiap kelompok

E. Parameter Analisa
1. Sistimatika dan Morfology Chlorella (Digambar)
Cholrella termasuk dalam :
Filum : ……….
Kelas : ……….
Ordo : ……….
Famili : ……….
Genus : ……….
Spesies :……….
2. Pertumbuhan
Tabel 2. Pertumbuhan Harian Chlorella


F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek maka pertumbuhan terbaik clorella didapatkan pada
dosis pupuk NaNO3 …….. ppm, NaH2PO4 …… ppm, FeCl3 …….. ppm, EDTA……..
ppm, dan KNO3 …… ppm dengan kepadatan tertinggi didapatkan pada hari ke ……….
G. Setelah melakukan praktek, Jawab pertanyaan berikut:
1. Penyiapan wadah dan media budidaya merupakan langkah pertama menuju
keberhasilan budidaya Chlorella. Mengapa demikian?
2. Apakah akibatnya jika wadah budidaya Chlorella ditempatkan pada ruangan yang
kurang cahaya (gelap) atau di halaman tetapi diletakkan di bawah pohon yang
rindang?
3. Apa yang terjadi apabila air tawar yang akan digunakan tidak disaring terlebih
dahulu?
4. Tujuan penggunaan aerasi pada media/air selama sanitasi air berbeda dengan
selama budidaya Chlorella sedang berjalan. Apakah
bedanya?
5. Apa perbedaan persiapan wadah dan media di laboratorium dan lapangan?
6. Bolehkan dalam budidaya skala massal tinggi air hanya 20 cm?
7. Pupuk tidak diperlukan pada budidaya Chlorella sebab air sudah mengandung
mineral yang tinggi. Benarkah demikian? Jika tidak mengapa?
Jawab